Surakarta,detikinews.id
Rutan Kelas I Surakarta Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Tengah gandeng akademisi dalam hal ini adalah Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Kepala Rutan Kelas I Surakarta, Bhanad Shofa Kurniawan, beserta jajaran, dan disambut dengan hangat oleh Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, didampingi oleh para pimpinan fakultas dan staf akademik, Rabu (05/03).
Kunjungan ini merupakan audiensi dalam rangka menjalin kerja sama antara Rutan Surakarta dan ISI Surakarta dalam bidang pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) melalui pendekatan seni dan budaya, hal ini sesuai dengan slogan Rutan Surakarta Berbudaya. Dalam pertemuan ini, Kepala Rutan Surakarta menyampaikan harapannya agar ISI Surakarta dapat berkontribusi dalam program pembinaan keterampilan bagi warga binaan, seperti pelatihan tari, pelatihan karawitan, desain grafis, kerajinan kriya.
"Harapannya para warga binaan dapat memiliki bekal keterampilan yang bermanfaat sebagai modal untuk kembali ke masyarakat dengan lebih percaya diri dan berdaya guna" tutur Bhanad.
Rektor ISI Surakarta menyambut baik inisiatif ini dan menegaskan bahwa seni memiliki peran penting dalam membangun karakter serta memberikan harapan baru bagi para warga binaan. Beliau menyampaikan bahwa ISI Surakarta siap memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan seni, workshop, serta kegiatan kreatif lainnya yang dapat membantu warga binaan mengembangkan keterampilan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Pertemuan ini diakhiri dengan penyerahan cendera mata dari Rutan Surakarta kepada ISI Surakarta sebagai simbol sinergi dan kolaborasi. Kedua belah pihak berkomitmen untuk menindaklanjuti pertemuan ini menjadi perjanjian kerjasama dalam waktu dekat, guna memberikan manfaat bagi warga binaan serta memperkuat peran seni dalam proses rehabilitasi sosial.
Kegiatan ini sejalan dengan arahan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi antar stakeholders baik internal maupun eksternal dalam upaya menjadikan terapi positif dan pengenalan culture baru kepada WBP untuk membangun konsep yg baru.***